Aqidah Muhammadiyah Allah Bersemayam Di Atas Arasy
ALLAH BERSEMAYAM DI ARSY
Tanya:
Ada seorang muballigh dari luar Batang
menjelaskan bahwa Allah tidak beada di atas, berdasarkan surah Qaf ayat 16.
Kami masih ragu-ragu, sebab selama ini kami pahami bahwa Allah bersemayam di
atas ‘Arsy. Apa pemahaman kami ini yang keliru? Mohon penjelasannya!
Jawab:
Sebelum kami jelaskan masalah yang anda
tanyakan kami kutipkan terlebih dahulu ayat-ayat yang menyatakan Allah
bersemayam di atas ‘Arsy dan ayat-ayat yang menyatakan bahwa Allah adalah
sangat dekat dengan kita:
إِنَّ رَبَّكُمُ اللهُ الَّذِىْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ فِىْ سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
“Sesungguhn ya Tuhan kami ialah Allah yang
telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas
‘Arsy…” (al-A’raf: 54)
Ayat-ayat yang menyebutkan bahwa Allah
bersemayam di atas ‘Arsy diulang sebanyak 8 kali :
¨bÎ) ÞOä3/u‘ ª!$# “Ï%©!$# t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚö‘F{$#ur ’Îû ÏpGÅ™ 5Q$ƒr& §NèO 3“uqtGó™$# ’n?tã ĸöyèø9$# ( ãÎn/y‰ãƒ tøBF{$# ( $tB `ÏB ?ì‹Ïÿx© žwÎ) .`ÏB ω÷èt/ ¾ÏmÏRøŒÎ) 4 ãNà6Ï9ºsŒ ª!$# öNà6š/u‘ çnr߉ç6ôã$$sù 4 Ÿxsùr& šcrã©.x‹s? ÇÌÈ
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di
atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan
memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah
Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka Apakah kamu tidak mengambil
pelajaran? [Yunus 3 ]
ª!$# “Ï%©!$# yìsùu‘ ÏNºuq»uK¡¡9$# ÎŽötóÎ/ 7‰uHxå $pktX÷rts? ( §NèO 3“uqtGó™$# ’n?tã ĸöyèø9$# ( t¤‚y™ur }§ôJ¤±9$# tyJs)ø9$#ur ( @@ä. “Ìøgs† 9@y_L{ ‘wK|¡•B 4 ãÎn/y‰ãƒ tøBF{$# ã@Å_ÁxÿムÏM»tƒFy$# Nä3¯=yès9 Ïä!$s)Î=Î/ öNä3În/u‘ tbqãZÏ%qè? ÇËÈ
Allah-lah yang meninggikan langit tanpa
tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas
'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. masing-masing beredar
hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan
tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini Pertemuan (mu) dengan
Tuhanmu.[Arra’du : 2]
ß`»oH÷q§9$# ’n?tã ĸöyèø9$# 3“uqtGó™$# ÇÎÈ
. (yaitu) Tuhan yang Maha Pemurah. yang
bersemayam di atas 'Arsy[Thaha 5].
“Ï%©!$# t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚö‘F{$#ur $tBur $yJßguZ÷t/ ’Îû ÏpGÅ™ 5Q$ƒr& ¢OèO 3“uqtGó™$# ’n?tã ĸöyèø9$# 4 ß`»yJôm§9$# ö@t«ó¡sù ¾ÏmÎ/ #ZŽÎ6yz ÇÎÒÈ
. Yang menciptakan langit dan bumi dan apa
yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas
Arsy[1071], (Dialah) yang Maha pemurah, Maka Tanyakanlah (tentang
Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia. [Al-Furqan 59]
$£Js9ur x÷n=t/ ¼çn£‰ä©r& #“uqtGó™$#ur çm»oY÷s?#uä $VJõ3ãm $VJù=Ïãur 4 šÏ9ºx‹x.ur “Ì“øgwU tûüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÊÍÈ
14. Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna
akalnya, Kami berikan ke- padanya Hikmah (kenabian) dan pengetahuan. dan
Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
ª!$# “Ï%©!$# t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚö‘F{$#ur $tBur $yJßguZ÷t/ ’Îû ÏpGÅ™ 5Q$ƒr& ¢OèO 3“uqtGó™$# ’n?tã ĸöyèø9$# ( $tB Nä3s9 `ÏiB ¾ÏmÏRrߊ `ÏB <c’Í<ur Ÿwur ?ì‹Ïÿx© 4 Ÿxsùr& tbrã©.x‹tFs? ÇÍÈ
4. Allah lah yang menciptakan langit dan bumi
dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia
bersemayam di atas 'Arsy tidak ada bagi kamu selain dari padanya
seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at Maka Apakah kamu
tidak memperhatikan?
§NèO #“uqtGó™$# ’n<Î) Ïä!$uK¡¡9$# }‘Édur ×b%s{ߊ tA$s)sù $olm; ÇÚö‘F|Ï9ur $u‹ÏKø$# %·æöqsÛ ÷rr& $\döx. !$tGs9$s% $oY÷s?r& tûüÏèͬ!$sÛ ÇÊÊÈ
Kemudian Dia menuju kepada penciptaan
langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan
kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati
atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka
hati". [Fushilat 11]
rèŒ ;o§ÏB 3“uqtGó™$$sù ÇÏÈ
Yang mempunyai akal yang cerdas; dan
(Jibril itu) Menampakkan diri dengan rupa yang asli. [An-Najm 6]
uqèd “Ï%©!$# t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚö‘F{$#ur ’Îû ÏpGÅ™ 5Q$ƒr& §NèO 3“uqtGó™$# ’n?tã ĸóyêø9$# 4 ÞOn=÷ètƒ $tB ßkÎ=tƒ ’Îû ÇÚö‘F{$# $tBur ßlãøƒs† $pk÷]ÏB $tBur ãAÍ”\tƒ z`ÏB Ïä!$uK¡¡9$# $tBur ßlã÷ètƒ $pkŽÏù ( uqèdur óOä3yètB tûøïr& $tB öNçGYä. 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=uK÷ès? ׎ÅÁt/ ÇÍÈ
Dialah yang menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa: kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy Dia
mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa
yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya dan Dia bersama kamu di
mama saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. [Al
Hadits 4 ]
Ayat-ayat tersebut semuanya menjelaskan bahwa
Allah bersemayam di atas ‘Arsy.
Adapun ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Allah
adalah dekat disebutkan dalam al-Qur’an sebanak 5 kali, antara lain ialah:
... وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ
مِنْ حَبْلِ الْوَرِيْدِ ...
“… dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat
lehernya…” (Qaf: 16)
Kemudian disebutkan pada surah al-Baqarah: 186,
Hud: 61, Saba’: 50, dan al-Waqi’ah: 85.
Ayat-ayat tersebut memberikan pengertian bahwa
Allah sangat dekat kepada kita. Jika dilihat secara sepintas, seakan-akan
ayat-ayat tersebut bertentangan, antara ayat yang menyatakan bahwa Allah adalah
jauh, dan ayat yang menyatakan bahwa Allah adalah dekat. Sebenarnya ayat-ayat
tersebut tidaklah bertentangan, sebab dapat dikompromikan antara satu ayat
dengan ayat lainnya.
Pengertian ‘Arsy
‘Arsy, para ahli bahasa mengartikan ‘Arsy
sebagai singgasana, bangunan, istana, atau tahta. Kata tersebut berasal dari
‘arasya – ya’rusyu, yang berarti membangun.
Para ulama berbeda pendapat mengenai makna
‘Arsy; Rasyid Ridha dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ‘arsy adalah pusat
pengendalian segala persoalansemua makhluk Allah swt di alam semesta,
sebagaimana dijelaskan firman Allah pada surah Yunus: 3 (ثم استوى على العرش)
“Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Asyd”
Gambaran fisik ‘Arsy, merupakan hal gaib yang
tiada seorang pun dapat mengetahuinya, kecuali Allah, dimana letaknya dan
berapa besarnya. Masalah ‘Arsy telah lama menjadi topic pembicaraan yang
kontroversial, apakah ‘Arsy itu bersifat material ataukah bersifat immaterial.
Hal ini terjadi karena tidak ada penjelasan
rinci baik dalam al-Qur’an maupun dalam hadis. Al-Qur’an hanya menjelaskan
bahwa al-‘Arsy adalah singgasana. Maka kami berpendapat bahwa kita wajib meyakini
keberadaannya, yang hakikatnya hanya diketahui Allah swt, kita tidak perlu
mencari-cari seberapa besarnya dan seberapa jauhnya atau tingginya.
Dalam ayat-ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah
beristiwa’ atau bersemayam di atas ‘Arsy, dan kita wajib beriman kepadaNya
dengan tidak perlu bertanya-tanya bagaimana dan dimana.
Adapun yang dimaksud dengan qarib (dekat)
ialah: bahwa Allah mengetahui segala sesuatu, Dia mendengar perkataan manusia,
dan melihat segalam macam perbuatannya, tidak ada hijab antara Allah dan
manusia, tiada perantara atau wali yang menyampaikan doa mereka kepada Allah,
tiada yang membantuNya dalam mengabulkan permohonan manusia kepadaNya, Allah
akan mengabulkan doa manusia tanpa perantara seorangpun, apabila seseorang
berdoa kepadaNya, sebab Allah-lah yang menciptakannya, Dia Maha Mengetahui
segala apa yang ada dalam hati setiap orang. Demikianlah yang dimaksud dengan
‘aqrabu ilaihi min hablil warid’ (lebih dekat kepadaNya daripada urat leher)
yang disebutkan dalam surah Qaf: 16.
Maka jelaslah, bahwa ayat-ayat tersebut tidak
bertentangan antara ayat yang menyatakan bahwa Allah bersemayam di atas ‘Arsy,
dengan ayat yang menyatakan bahwa Allah swt sangat dekat denga kita.
Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid
Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Komentar Saya [ Zulkarnain El-Madury] : Sikap yang di ambil oleh tarjih ini memberikan jawaban yang benar di mana Allah semestinya, sebagaimana juga diterangkan ayat ayat Allah yang lain termasuk berbagai atsar ulama tentang “dimana Allah” . memberikan jaminan kebenaran kepada mereka yang ber-aqidah “Allah bersemayam di atas Arsy”
LäêYÏBr&uä `¨B ’Îû Ïä!$yJ¡¡9$# br& y#Å¡øƒs† ãNä3Î/ uÚö‘F{$# #sŒÎ*sù š†Ïf â‘qßJs? ÇÊÏÈ
Apakah kamu merasa aman terhadap Allah
yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu,
sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?, [Al- Muluk 16 ]
Dan Rasulullah -shollallahu alaihi wa sallam-
bersabda :
أَلاَ تَأْمَنُوْنِيْ وَأَنَا أَمِيْنٌ مَنْ فِي السَّمَاءِ
“Tidaklah kalian percaya kepadaku,
padahal saya adalah kepercayaan dzat yang di langit”(HR. Bukhari dan
Muslim). Dan arti di langit adalah di atas langit.”
1. Hadits Abu Hurairah rodiallahu’anhu, ia
berkata: Aku mendengar Rasulullah bersabda:
لَمَّا قَضَى اللَّهُ الْخَلْقَ كَتَبَ فِي كِتَابِهِ
-فَهُوَ عِنْدَهُ فَوْقَ الْعَرْشِ- إِنَّ رَحْمَتِي غَلَبَتْ غَضَبِي
“Ketika Allah
menciptakan makhluk (maksudnya menciptakan jenis makhluk), Dia menuliskan di
kitab-Nya (Al-Lauh Al-Mahfuzh) – dan kitab itu bersama-Nya di atas ‘Arsy
(singgasana) – : “Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan kemarahan-Ku.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
2. Hadits Abu
Hurairah rodiallahu’anhu bahwa Nabi shollallahu’alaihiwasallam memegang
tangannya (Abu Hurairah) dan berkata:
يَا أَبَا هُرَيْرَةَ، إِنَّ اللهَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ
وَاْلأَرَضِيْنَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ، ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
“Wahai Abu
Hurairah, sesungguhnya Allah menciptakan langit dan bumi serta apa-apa yang ada
diantara keduanya dalam enam hari, kemudian Dia berada di atas ‘Arsy
(singgasana).” (HR. An-Nasai dalam As-Sunan Al-Kubra, dishahihkan
Al-Albani dalam Mukhtasharul ‘Uluw)
3. Hadits Qatadah
bin An-Nu’man rodiallahu’anhu bahwa ia berkata: Aku mendengar Rasulullah
shollallahu’alaihiwasallam bersabda:
لَمَّا فَرَغَ اللهُ مِنْ خَلْقِهِ اسْتَوَى عَلَى
عَرْشِهِ.
“Ketika Allah selesai mencipta, Dia berada
di atas ‘Arsy singgasana-Nya.” (Diriwayatkan oleh Al-Khallal dalam
As-Sunnah, dishahihkan oleh Ibnul Qayyim dan Adz-Dzahabi berkata: Para
perawinya tsiqah)
Adapun ‘Arsy, secara bahasa artinya Singgasana kekuasaan.
‘Arsy adalah makhluk tertinggi. Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam bersabda:
فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ
فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ
وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ
“Maka jika kalian
meminta kepada Allah, mintalah Al-Firdaus, karena sungguh ia adalah surga yang
paling tengah dan paling tinggi. Di atasnya singgasana Sang Maha Pengasih, dan
darinya sungai-sungai surga mengalir.” (HR. Al-Bukhari)
‘Arsy juga termasuk
makhluk paling besar. Allah menyifatinya dengan ‘adhim (besar) dalam Surat
An-Nahl: 26. Ibnu Abbas rodiallahu’anhu berkata:
الْكُرْسِيُّ مَوْضِعُ الْقَدَمَيْنِ ، وَالْعَرْشُ
لاَ يَقْدِرُ قَدْرَهُ إِلاَّ اللهُ تعالى.
“Kursi adalah tempat kedua kaki (Allah), dan
‘Arsy (singgasana) tidak ada yang mengetahui ukurannya selain Allah Ta’ala.”
(Hadits mauquf riwayat Al-Hakim dan dishahihkan Adz-Dzahabi dan Al-Albani)
PENDAPAT IMAM IMAM MAZHAB :
Abu Hanifah :
Dari Abu Muthi’ Al Hakam bin Abdillah Al
Balkhiy -pemilik kitab Al Fiqhul Akbar–[3], beliau berkata,
سألت أبا حنيفة عمن يقول لا أعرف ربي في السماء أو
في الأرض فقال قد كفر لأن الله تعالى يقول الرحمن على العرش استوى وعرشه فوق سمواته
فقلت إنه يقول أقول على العرش استوى ولكن قال لا يدري العرش في السماء أو في الأرض
قال إذا أنكر أنه في السماء فقد كفر رواها صاحب الفاروق بإسناد عن أبي بكر بن نصير
بن يحيى عن الحكم
Aku bertanya pada Abu Hanifah mengenai
perkataan seseorang yang menyatakan, “Aku tidak mengetahui di manakah Rabbku,
di langit ataukah di bumi?” Imam Abu Hanifah lantas mengatakan, “Orang tersebut
telah kafir karena Allah Ta’ala sendiri berfirman,
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
“Allah menetap tinggi di atas ‘Arsy”.[ QS.
Thaha: 5.] Dan ‘Arsy-Nya berada di atas langit.” Orang tersebut mengatakan
lagi, “Aku berkata bahwa Allah memang menetap di atas ‘Arsy.” Akan tetapi orang
ini tidak mengetahui di manakah ‘Arsy, di langit ataukah di bumi. Abu Hanifah
lantas mengatakan, “Jika orang tersebut mengingkari Allah di atas langit, maka
dia kafir.”[ Lihat Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghofar, Adz Dzahabi, hal. 135-136,
Maktab Adhwaus Salaf, Riyadh, cetakan pertama, 1995.]
IMAM MALIK BIN ANAS IMAM DARUL HIJROH
MEYAKINI ALLAH DI ATAS LANGIT:
Dari Abdullah bin Ahmad bin Hambal ketika
membantah paham Jahmiyah, ia mengatakan bahwa Imam Ahmad mengatakan dari Syraih
bin An Nu’man, dari Abdullah bin Nafi’, ia berkata bahwa Imam Malik bin Anas
mengatakan,
الله في السماء وعلمه في كل مكان لا يخلو منه شيء
“Allah berada di atas langit. Sedangkan
ilmu-Nya berada di mana-mana, segala sesuatu tidaklah lepas dari ilmu-Nya”. [Lihat Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghoffar, hal. 138.]
Diriwayatkan dari Yahya bin Yahya At Taimi,
Ja’far bin ‘Abdillah, dan sekelompok ulama lainnya, mereka berkata,
جاء رجل إلى مالك فقال يا أبا عبد الله الرحمن على
العرش استوى كيف استوى قال فما رأيت مالكا وجد من شيء كموجدته من مقالته وعلاه الرحضاء
يعني العرق وأطرق القوم فسري عن مالك وقال الكيف غير معقول والإستواء منه غير مجهول
والإيمان به واجب والسؤال عنه بدعة وإني أخاف أن تكون ضالا وأمر به فأخرج
“Suatu saat ada yang
mendatangi Imam Malik, ia berkata: “Wahai Abu ‘Abdillah (Imam Malik), Allah
Ta’ala berfirman,
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
“Allah menetap
tinggi di atas ‘Arsy”[Thaha 5]. Lalu bagaimana Allah beristiwa’ (menetap
tinggi)?” Dikatakan, “Aku tidak pernah melihat Imam Malik melakukan sesuatu
(artinya beliau marah) sebagaimana yang ditemui pada orang tersebut. Urat
beliau pun naik dan orang tersebut pun terdiam.” Kecemasan beliau pun pudar,
lalu beliau berkata,
الكَيْفُ غَيْرُ مَعْقُوْلٍ وَالإِسْتِوَاءُ مِنْهُ
غَيْرُ مَجْهُوْلٍ وَالإِيْمَانُ بِهِ وَاجِبٌ وَالسُّؤَالُ عَنْهُ بِدْعَةٌ وَإِنِّي
أَخَافُ أَنْ تَكُوْنَ ضَالاًّ
“Hakekat dari istiwa’ tidak mungkin
digambarkan, namun istiwa’ Allah diketahui maknanya. Beriman terhadap sifat
istiwa’ adalah suatu kewajiban. Bertanya mengenai (hakekat) istiwa’ adalah
bid’ah. Aku khawatir engkau termasuk orang sesat.” Kemudian orang tersebut
diperintah untuk keluar.
[Lihat Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghofar, hal.
378.]
IMAM ASY SYAFI’I YANG MENJADI RUJUKAN
MAYORITAS KAUM MUSLIMIN DI INDONESIA DALAM MASALAH FIQIH- MEYAKINI ALLAH BERADA
DI ATAS LANGIT
Syaikhul Islam berkata bahwa telah mengabarkan
kepada kami Abu Ya’la Al Kholil bin Abdullah Al Hafizh, beliau berkata bahwa
telah memberitahukan kepada kami Abul Qosim bin ‘Alqomah Al Abhariy, beliau
berkata bahwa Abdurrahman bin Abi Hatim Ar Roziyah telah memberitahukan pada
kami, dari Abu Syu’aib dan Abu Tsaur, dari Abu Abdillah Muhammad bin Idris Asy
Syafi’i (yang terkenal dengan Imam Syafi’i), beliau berkata,
القول في السنة التي أنا عليها ورأيت اصحابنا عليها
اصحاب الحديث الذين رأيتهم فأخذت عنهم مثل سفيان ومالك وغيرهما الإقرار بشهادة ان لااله
الا الله وان محمدا رسول الله وذكر شيئا ثم قال وان الله على عرشه في سمائه يقرب من
خلقه كيف شاء وان الله تعالى ينزل الى السماء الدنيا كيف شاء وذكر سائر الاعتقاد
“Perkataan dalam As Sunnah yang aku dan
pengikutku serta pakar hadits meyakininya, juga hal ini diyakini oleh Sufyan,
Malik dan selainnya : “Kami mengakui bahwa tidak ada sesembahan yang berhak
disembah dengan benar kecuali Allah. Kami pun mengakui bahwa Muhammad adalah
utusan Allah.” Lalu Imam Asy Syafi’i mengatakan, “Sesungguhnya Allah berada di
atas ‘Arsy-Nya yang berada di atas langit-Nya, namun walaupun begitu Allah pun
dekat dengan makhluk-Nya sesuai yang Dia kehendaki. Allah Ta’ala turun ke
langit dunia sesuai dengan kehendak-Nya.” Kemudian beliau rahimahullah
menyebutkan beberapa keyakinan (i’tiqod) lainnya.[ Lihat Itsbatu Shifatul
‘Uluw, hal. 123-124. Disebutkan pula dalam Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghofar,
hal.165]
Imam Ahmad bin Hambal[Imam Ahmad bin Hambal hidup pada tahun 164-241 H.] Meyakini Allah bukan
Di Mana-mana, namun di atas ‘Arsy-Nya
Adz Dzahabiy rahimahullah mengatakan,
“Pembahasan dari Imam Ahmad mengenai ketinggian Allah di atas seluruh
makhluk-Nya amatlah banyak. Karena beliaulah pembela sunnah, sabar menghadapi
cobaan, semoga beliau disaksikan sebagai ahli surga. Imam Ahmad mengatakan
kafirnya orang yang mengatakan Al Qur’an itu makhluk, sebagaimana telah
mutawatir dari beliau mengenai hal ini. Beliau pun menetapkan adanya sifat
ru’yah (Allah itu akan dilihat di akhirat kelak) dan sifat Al ‘Uluw (ketinggian
di atas seluruh makhluk-Nya).”[Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghofar, hal. 176. Lihat pula Mukhtashor Al ‘Uluw, hal. 189.]
Imam Ahmad bin Hambal pernah ditanya,
ما معنى قوله وهو معكم أينما كنتم و ما يكون من نجوى
ثلاثه الا هو رابعهم قال علمه عالم الغيب والشهاده علمه محيط بكل شيء شاهد علام الغيوب
يعلم الغيب ربنا على العرش بلا حد ولا صفه وسع كرسيه السموات والأرض
“Apa makna firman
Allah,
وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ
“Dan Allah bersama
kamu di mana saja kamu berada.”
مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَى ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ
“Tiada pembicaraan
rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya.”
Yang dimaksud dengan kebersamaan tersebut
adalah ilmu Allah. Allah mengetahui yang ghoib dan yang nampak. Ilmu Allah
meliputi segala sesuatu yang nampak dan yang tersembunyi. Namun Rabb kita tetap
menetap tinggi di atas ‘Arsy, tanpa dibatasi dengan ruang, tanpa dibatasi
dengan bentuk. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Kursi-Nya pun meliputi
langit dan bumi.”
Diriwayatkan dari Yusuf bin Musa Al Ghadadiy,
beliau berkata,
قيل لأبي عبد الله احمد بن حنبل الله عز و جل فوق
السمآء السابعة على عرشه بائن من خلقه وقدرته وعلمه بكل مكان قال نعم على العرش و لايخلو
منه مكان
Imam Ahmad bin Hambal pernah ditanyakan, “Apakah
Allah ‘azza wa jalla berada di atas langit ketujuh, di atas ‘Arsy-Nya, terpisah
dari makhluk-Nya, sedangkan kemampuan dan ilmu-Nya di setiap tempat (di
mana-mana)?” Imam Ahmad pun menjawab, “Betul sekali. Allah berada di atas
‘Arsy-Nya, setiap tempat tidaklah lepas dari ilmu-Nya.”[ Lihat Itsbat
Sifatil ‘Uluw, hal. 116]
Abu Bakr Al Atsrom mengatakan bahwa Muhammad
bin Ibrahim Al Qoisi mengabarkan padanya, ia berkata bahwa Imam Ahmad bin
Hambal menceritakan dari Ibnul Mubarok ketika ada yang bertanya padanya,
كيف نعرف ربنا
“Bagaimana kami bisa
mengetahui Rabb kami?” Ibnul Mubarok menjawab,
في السماء السابعة على عرشه
“Allah di atas
langit yang tujuh, di atas ‘Arsy-Nya.” Imam Ahmad lantas mengatakan,
هكذا هو عندنا
“Begitu juga keyakinan kami.”[ Lihat Itsbat
Sifatil ‘Uluw, hal. 118]
HARUS KITA YAKIN ALLAH BERSEMAYAM DIATAS
ARASY-NYA
Ini bukti ijma’ ulama yang dibawakan oleh Ishaq
bin Rohuwyah.
قال أبو بكر الخلال أنبأنا المروذي حدثنا محمد بن
الصباح النيسابوري حدثنا أبو داود الخفاف سليمان بن داود قال قال إسحاق بن راهويه قال
الله تعالى الرحمن على العرش استوى إجماع أهل العلم أنه فوق العرش استوى ويعلم كل شيء
في أسفل الأرض السابعة
“Abu Bakr Al Khollal
mengatakan, telah mengabarkan kepada kami Al Maruzi. Beliau katakan, telah
mengabarkan pada kami Muhammad bin Shobah An Naisaburi. Beliau katakan, telah
mengabarkan pada kami Abu Daud Al Khonaf Sulaiman bin Daud. Beliau katakana,
Ishaq bin Rohuwyah berkata, “Allah Ta’ala berfirman,
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
“Allah menetap
tinggi di atas ‘Arsy”[. QS. Thaha: 5] Para ulama sepakat (berijma’) bahwa Allah
berada di atas ‘Arsy dan beristiwa’ (menetap tinggi) di atas-Nya. Namun Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu yang terjadi di bawah-Nya, sampai di bawah lapis
bumi yang ketujuh.Lihat Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghofar, hal. 179. Lihat Mukhtashor Al ‘Uluw, hal. 194.[]
Adz Dzahabi rahimahullah ketika membawakan
perkataan Ishaq di atas, beliau rahimahullah mengatakan,
اسمع ويحك إلى هذا الإمام كيف نقل الإجماع على هذه
المسألة كما نقله في زمانه قتيبة المذكور
“Dengarkanlah perkataan Imam yang satu
ini. Lihatlah bagaimana beliau menukil adanya ijma’ (kesepakatan ulama)
mengenai masalah ini. Sebagaimana pula ijma’ ini dinukil oleh Qutaibah di
masanya. [Lihat Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghofar, hal. 179. Lihat Mukhtashor Al
‘Uluw, hal. 194.]
Hati Hati Dengan Jahmiyah/ Mu’tazilah
Indonesia [ Mereka Menuduh Para Mujtahidpun Sebagai Mujassimah
فالمعتزلة والجهمية ونحوهم من نفاة الصفات يجعلون
كل من أثبتها مجسما مشبها ومن هؤلاء من يعد من المجسمة والمشبهة من الأئمة المشهورين
كمالك والشافعي وأحمد وأصحابهم كما ذكر ذلك أبو حاتم صاحب كتاب الزينة وغيره
“Mu’tazilah, Jahmiyah dan semacamnya yang
menolak sifat Allah, mereka menyebut setiap orang yang menetapkan sifat bagi
Allah sebagai mujassimah atau musyabbihah. Bahkan di antara mereka menyebut
para Imam besar yang telah masyhur (seperti Imam Malik, Imam Asy Syafi’i, Imam
Ahmad dan pengikut setia mereka) sebagai mujassimah atau musyabbihah (yang
menyerupakan Allah dengan makhluk). Sebagaimana hal ini disebutkan oleh Abu
Hatim, penulis kitab Az Zinah dan ulama lainnya. [Minhajus Sunnah Nabawiyah
fii Naqdi Kalamisy Syi’ah wal Qodariyah, Ahmad bin Abdul Halim Al Haroni, 2/44,
Muassasah Qurthubah, cetakan pertama, tahun 1406 H]
Abu Nu’aim Al Ash-bahani, penulis kitab
Al Hilyah. Beliau rahimahullah, “Metode kami (dalam menetapkan sifat
Allah) adalah jalan hidup orang yang mengikuti Al Kitab, As Sunnah dan ijma’
(konsensus para ulama). Di antara i’tiqod (keyakinan) yang dipegang oleh mereka
(para ulama) bahwasanya hadits-hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam menetapkan Allah berada di atas ‘Arsy dan mereka meyakini bahwa Allah
beristiwa’ (menetap tinggi) di atas ‘Arsy-Nya. Mereka menetapkan hal ini tanpa
melakukan takyif (menyatakan hakekat sifat tersebut), tanpa tamtsil
(memisalkannya dengan makhluk) dan tanpa tasybih (menyerupakannya dengan makhluk).
Allah sendiri terpisah dari makhluk dan makhluk pun terpisah dari Allah. Allah
tidak mungkin menyatu dan bercampur dengan makhluk-Nya. Allah menetap tinggi di
atas ‘Arsy-Nya di langit sana dan bukan menetap di bumi ini bersama
makhluk-Nya.”[ Dinukil dari Majmu’ Al Fatawa, Ahmad
bin Abdul Halim Al Haroni, 5/60, Darul Wafa’, cetakan ketiga, 1426 H.]
Dengan demekian fatwa Tarjih Muhammadiyah
menyatakan :”Allah Bersemayam diatas langit merupakan sebuah kebenaran yang
sejaran dengan para ulama sejak jaman sahabat hingga Imam Mujtahid.
Komentar
Posting Komentar